Minggu, 08 Mei 2011

the cute devil (kalimat)


BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang merupakan kesatuan pikiran.dalam bahasa lisan kalimat diawali dan di akhiri dengan kesenyapan, dan dalam bahasa tulis di awali dengan huruf kapital dan di akhiri dengan tanda titik, tanda seru , atau tanda tanya.
Sekurang–kurangnya, kalimat itu memiliki subjek atau pokok kalimat dan predikat atau sebutan. Kalau tidak memiliki unsur subjek dan unsur predikat, pernyataan itu bukanlah kalimat.

B. Ciri-ciri Kalimat
1. Dalam bahasa lisan diawali dengan kesenyapan dan diakhiri dengan kesenyapan. Dalam bahasa tulis diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan titik, tanda tanya atau tanda seru.
2. Kalimat aktif sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat,
3. Predikat transitif disertai objek,predikat intransitif dapat disertai pelengkap,
4. Mengandung fikiran yang utuh,
5. Mengandung urutan logis; setiap kata atau kelompok kata yang mendukung fungsi (SPOK) disusun dalam satuan menurut fungsinya,
6. Mengandung satuan makna, ide atau pesan yang jelas,
7. Dalam paragraf yang terdiri dua kalimat atau lebih,kalimat-kalimat disusun dalam satuan makna fikiran yang saling berhubungan, hubungan dijalin dengan konjungsi, pronomina atau kata ganti, repetisi atau struktur sejajar.



C. Unsur-unsur Kalimat
1. Subjek
Subjek atau pokok kalimat merupakan unsur utama kalimat. Subjek menentukan kejelasan makna kalimat. Penempatan subjek yang tidak tepat dapat mengaburkan makna kalimat.
Ciri-ciri subjek :
- Jawaban apa atau siapa
- Didahului kata bahwa,
- Berupa kata atau frasa benda (nomina)
- Disertai kata ini, atau itu
- Disertai pewatas yang
- Kata sifat didhului kata si atau sang; si cantik, si kecil, sang perkasa
- Tidak didahului preposisi: di,dalam,pada,kepada,bagi,untuk,dari,menurut,berdasarkan,dan lain- lain.
- Tidak dapat diingkarkan dengan kata tidak,tetapi dapat dengan kata bukan.

2. Predikat
Seperti halnya dengan subyek, predikat kalimat kebanyakan muncul secara eksplisit.
a. Fungsi predikat dalam kalimat :
-Membentuk kalimat dasar, kalimat tunggal, kalimat luas, kalimat majemuk.
-Menjadi unsur penjelas, yaitu memperjelas pikiran atau gagasan yang diungkapkan dan menentukan kejelasan makna kalimat.
-Membentuk kesatuan pikiran.
-Sebagai sebutan.
b. Ciri-ciri predikat:
- jawaban mengapa, bagaimana,
- dapat diingkarkan dengan tidak atau bukan,
- dapat di dahului keterangan aspek: akan, sudah, sedang, selalu, hampir,
-dapat di dahului keterangan modalitas:sebaiknya, seharusnya, seyogyanya, mesti, selayaknya, dan lain-lain,
-tidak didahului kata yang, jika didahului yang predikat berubah fungsi menjadi perluasan subjek,
-didahului kata adalah, ialah, yaitu, yakni,
-predikat dapat berupa kata benda, kata kerja, kata sifat, atau bilangan.

3. Objek
objek sangat bergantung pada jenis predikat kalimat serta ciri khas objek itu sendiri.
Fungsi objek:
-membentuk kalimat dasar pada kalimat berpredikat transitif,
-memperjelas makna kalimat dan,
-membentuk kesatuan atau kelengkapan pikiran.

Ciri-ciri objek;
-berupa kata benda,
-tidak didahului kata depan,
-mengikuti secara langsung di belakang preddikat transitif,
-jawaban apa atau siapa yang terletak di belakang predikat transitif, dan
-dapat menduduki fungsi subyek apabila kalimat itu dipasif-kan.

4. Keterangan
Keterangan kalimat berfungsi menjelaskan atau melengkapi informasi pesan-pesan kalimat.
Ciri-ciri keterangan:
-bukan unsur utama kalimat,
-tempat tidak terikat posisi, pada awal, tengah, dan akhir kalimat,
-dapat berupa: keterangan waktu, tujuan, tempat, sebab, akibat, syarat, cara, posesif, dan penganti nomina.

D. Jenis kalimat menurut fungsinya
menurut fungsinya, jenis kalimat dapat di perinci:
1. kalimat pernyataan (Deklaratif)
kalimat pernyataan menyatakan sesuatu dengan lengkap pada waktu penutur ingin menyampaikan informasi kepada lawan berbahasanya.
Misalnya: presiden suharto mengadakan kunjungan ke luar negeri.
2. Kalimat pertanyaan (interogatif)
kalimat pertanyaan dipakai jika penutur ingin memperoleh informasi atau reaksi (jawaban) yang diharapkan. (biasanya, intonasi menurun; tanda baca tanda tanya). Pertanyaan sering bagaimana, di mana, mengapa, dan berapa.
Misalnya; kapan saudara berangkat ke singapura?

3. Kalimat perintah dan permintaan (imperatif)
Kalimat perintah “menyuruh” atau “melarang” orang berbuat sesuatu.(biasanya, intonasi menurun;tanda baca titik atau tanda seru).
Misalnya: maukah kamu disuruh mengantarkan buku ini ke pak gaffar!

4. Kalimat seruan
Kalimat seruan “mengungkapkan” perasaan yang kuat atau yang mendadak. (biasanya, intonasi meningkat; tanda baca titik atau tanda seru)
Misalnya: bukan main,cantiknya.
E. Jenis kalimat menurut struktur gramatikalnya
Menurutnya, kalimat itu dapat berupa kalimat tunggal dan dapat pula kalimat majemuk. Kalimat majemuk dapat bersifat setara (koordinatif), tidak setara (sebordinatif), ataupun campuran (koordinatif-subordinatif). Gagasan yang tunggal dinyatakan dalam kalimat tunggal gagasan yang bersegi-segi di ungkapkan dengan kalimat majemuk.
1. Kalimat tunggal
Kalimat tunggal terdiri atas satu subjek dan satu predikat. Pada hakikatnya kalau dilihat dari unsur-unsurnya, kalimat-kalimat yang panjang-panjang dalam bahasa indonesia dapat dikembalikan kepada kalimat-kalimat dasar yang sederhana.
Contoh kalimat tunggal: Ibu sedang mencuci
2. Kalimat majemuk setara
Kalimat majemuk setara terjadi dari dua atau lebih kalimat tunggal kedua kalimat tunggal itu dapat di hubungkan oleh kata dan jika kedua kalimat tunggal itu sejalan.
Contoh :
Kami membaca
Mereka menulis
Kami membaca dan mereka menulis.
3. Kalimat Majemuk Tidak Setara
Kalimat majemuk tidak setara terdiri atas satu suku kalimat yang bebas dan satu suku kalimat atau lebih yang tidak bebas. Dalam kalimat majemuk taksetara ini terbagi dalam bentuk anak kalimat dan induk kalimat. Induk kalimat adalah gagasan, sedangkan anak kalimat ialah pertalian gagasan dengan hal-hal lain.
Contoh kalimat:
Apabila engkau ingin melihat bak mandi panas, saya akan membawamu ke hotel-hotel besar.


Anak kalimat:
Apabila engkau ingin melihat bak mandi panas.
Induk kalimat:
saya akan membawamu ke hotel-hotel besar.
Penanda anak kalimat anak kalimat ialah kata:
Walaupun, setelah, sebelum, karena, apabila, jika dan sebagainya.
4. Kalimat majemuk campuran
Kalimat jenis ini terdiri atas dua suku bebas atau lebih (sifat kesetaraannya) dan satu suku terikat atau lebih (sifat ketidaksetaraannya).
Misalnya:
a). Karena sudah malam, kami berhenti dan langsung pulang.
b). Kami pulang, tetapi mereka masih bekerja karena tugasnya belum selesai.

F. Jenis Kalimat Menurut Bentuk Gayanya (Retorikannya)
Menurut bentuk retoriknya, kalimat dapat digolongkan (1) kalimat yang melepas, (induk-anak), (2) kalimat yang berklimaks (anak-induk), dan (3) kalimat yang berimbang (setara atau campuran).
1. Kalimat yang melepas
Kalimat yang melepas dimulai oleh struktur utama (induk kalimat) dan di ikuti unsur tambahan yang berupa anak kalimat.
Misalnya:
Saya akan dibelikan sepeda oleh ayah jika saya lulus.
2. Kalimat yang berklimaks
Kalimat yang berklimaks dimulai oleh unsur tambahan yang berupa anak kalimat, kemudian diikuti oleh struktur utama (induk kalimat) sehingga membangun ketegangan. Kalimat itu baru selesai dan lengkap dengan adanya bagian yang terakhir.
Misalnya:
Karena sulit kendaraan, ia datang terlambat ke kantornya.
3. Kalimat yang berimbang
Kalimat yang beribang adalah kalimat majemuk setara atau campuran yang strukturnya memperlihatkan kesejajarannya. Gagasan yang menunjukkan penalaran yang sejalan dituangkan ke dalam bangun kalimat yang bersimetri.
Misalnya:
Ibu memasak di dapur, ayah membaca koran, saya sendiri mengerjakan pekerjaan rumah.


G. Kalimat Efektif
Kalimat efektif ialah kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca seperti apa yang ada dalam pikiran pembicara atau penulis. Kalimat efektif lebih mengutamakan keefektifan kalimat itu sehingga kejelasan kalimat itu dapat terjamin.
Untuk dapat mencapai keefektifan tersebut di atas, sebuah kalimat efektif harus memenuhi paling tidak enam syarat berikut, yaitu adanya :
1. Kesatuan gagasan, 2.kepaduan unsur, 3.keparalelan bentuk, 4.ketepatan makna, 5. Kehematan kata, 6. Kelogisan bahasa.
1) Kesatuan gagasan
Kesatuan gagasan adalah terdapatnya suatu ide pokok dalam sebuah kalimat. Dengan satu ide itu kalimat boleh panjang atau pendek, menggabungkan lebih dari satu kesatuan. Bahkan dapat mempertentangkan satu sama lainnya, asalkan ide atau gagasan kalimatnya tunggal. Penutur tidak boleh menggabungkan dua kesatuan yang tidak mempunyai hubungan sama sekali ke dalam sebuah kalimat.
Contoh kalimat yang tidak jelas kesatuan gagasannya:
• Pembangunan gedung sekolah baru pihak yayasan dibantu oleh bank yang memberi kredit. (terdapat subjek ganda dalam kalimat tunggal)
Contoh kalimat yang jelas kesatuan gagasannya:
• Pihak yayasan dibantu oleh bank yang memberi kredit untuk membangun gedung sekolah baru.
2) Kepaduan Unsur (Koherensi)
Yang dimaksud dengan koherensi adalah hubungan yang padu antara unsur-unsur pembentuk kalimat. Unsur kalimat adalah kata, frase, intonasi/ tanda baca, serta struktur (hubungan S-P-O dan unsur lainnya).
Contoh kalimat yang unsurnya tidak koherensi:
• Kepada setiap pengendara mobil di kota jakarta harus memiliki surat izin mengemudi. (tidak mempunyai subjek/ subjeknya tidak jelas).
Contoh kalimat yang unsur-unsurnya koherensi:
• Setiap pengemudi mobil di kota jakarta harus memiliki surat izin mengemudi.
3) Keparalelan Bentuk
Yang dimaksud dengan keparalelan atau kesejajaran bentuk adalah terdapatnya unsur-unsur yang sama derajatnya, sama pola atau susunan kata dan frasa yang dipakai di dalam kalimat. Umpamanya dalam sebuah perncian, unsur pertama menggunakan verba. Unsur kedua dan seterusnya juga verba. Jika bentuk pertama menggunakan nomina, bentuk berikutnya juga harus nomina.
Contoh kesejajaran atau keparalelisme yang salah:
• Kegiatan di perpustakaan meliputi pembelian buku, membuat katalog, dan buku-buku diberi label
Contoh kesejajaran atau paralelisme yang benar
• Kegiatan di perpustakaan meliputi pembelian buku, pembuatan katalog, dan pelabelan buku.

4) Ketegasan Makna
Yang dimaksud dengan ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan khusus menonjolkan bagian kalimat sehingga berpengaruh terhadap makna kalimat secara keseluruhan. Ada beberapa cara yang dapat dipakai untuk memberi perlakuan khusus pada kalimat, yaitu:
a) Meletakkan kata yang ditonjolkan itu diawal kalimat;
b) Melakukan pengulangan kata (repetisi);
c) Melakukan pertentangan kata terhadap ide yang ditonjolkan;
d) Mempergunakan partikel penekan (penegas).
Contoh penekanan dengan menempatkan kata yang ditonjolkan pada awal kalimat:
• Pada bulan desember kita ujian akhir semester. (bulan akhir november)
Contoh penekanan dengan pengulangan kata:
• Saya senang melihat panorama alam yang indah; saya senang melihat lukisan yang indah; dan saya juga senang melihat hasil seni ukir yang indah.
Contoh penekanan dengan mempertentangkan ide:
• Penduduk desa itu tidak menghendaki bantuan yang bersifat sementara, tetapi bantuan yang bersifat permanen.
Contoh penekanan dengan menggunakan partikel penegas:
• Hendak pulang pun hari sudah gelap dan hujan pula.
5) Kehematan Kata
Kehematan ialah menghindari pemakaian kata, frasa, atau unsur lain yang tidak perlu. Hemat tidak berarti harus menghilangkan kata-kata yang dapat memperjelas arti kalimat. Hemat, disini berarti ‘ekonomis’, tidak memakai kata-kata mubazir, tidak ada pengulangan subjek, tidak menjamakkan kata yang memang sudah berbentuk jamak. Dengan hemat kata-kata, diharapkan kalimat akan menjadi padat berisi.
Contoh kalimat yang tidak hemat kata:
• Saya melihatnya dengan mata kepala saya sendiri bahwa mahasiswa itu belajar seharian dari pagi sampai petang.
Contoh kalimat yang hemat kata
• Saya melihat sendiri mahasiswa itu belajar seharian.
6) Kelogisan Bahasa
Kelogisan ialah ide kalimat itu dapat diterima oleh akal sehat. Logis dalam hal ini juga menuntut adanya pola pikiran sistematis (runtut/ teratur dalam penghitungan angka dan penomoran). Sebuah kalimat yang sudah benar strukturnya , sudah benar pula pemakaian unsur-unsur yang lain (tanda baca, kata, frasa), dapat menjadi salah karena maknanya tidak masuk akal atau lemah dari segi logika.
Contoh kalimat yang lemah dari segi logika berbahasa:
• Kambing sangat senang bermain hujan.
(padahal kambing tergolong anti air)
• Karena lama tinggal di asrama putra anaknya semua laki-laki.
(apa hubungan tinggal di asrama putra dengan mempunyai anak laki-laki?)